“Oek,,, oek,,, ooeeekkkkkk,,,” mungkin seperti itulah suara tangisan seorang bayi lahir. Hari senin tanggal 30 Desember 1991 silam lahirilah seoarang bayi sehat dengan berat 34 ons bernama Dwi Puji Astuti dirumah sakit di daerah Bekasi Timur. Terlahir dikeluarga sederhana, Dwi Puji Astuti menjadi anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan D dan T.
“Ibu kok nama aku Dwi Puji Astuti, artinya apa?” Tanya seorang anak kecil kepada ibunya. “karena saat mengandung kamu rasanya sakit banget benar-benar diuji makanya namanya Puji, kalau Dwi ya karena kamu anak kedua. Nah, kalau Astutinya Cuma tambahan saja” jawab sang Ibu saat itu. Ya begitulah filosofi nama saya.
Singakat cerita saya lahir di Bekasi dari kedua orangtua saya yang berasal dari Jawa Tengah. Jadi, paras wajah saya sedikit banyak mirip orang Jawa, yak arena memang keturunan orang Jawa.
Seperti yang telah saya ceritakan, saya lahir menjadi anak kedua dari tiga bersaudara. Saya memiliki kakak perempuan bernama AR (1986) baru saja lulus dan sekarang sedang mencari pekerjaan dan adik perempuan bernama TW (1994) yang sedang menjadi siswi kelas XII.
Menjadi anak kedua dari tiga bersaudara mungkin berpengaruh kepada perilaku saya. Saat saya masih kecil saya adalah orang yang sangat manja dan bila sedang menginginkan sesuatu harus segera dipenuhi, jika tidak saya akan merengek, menangis. Dan bila sudah menangis susah berhenti, saya bisa menangis sampai 1-2jam dan bukan hanya itu bila sudah menangis saya bias menghancurkan isi rumah dengan melempar barang yang ada didekat saya sampai-sampai ibu saya kewalahan (sungguh suatu perbuatan yang tidak patut dicontoh). Ya begitulah cerminan masa kecil saya, belum lagi saya pernah menangisi teman saya sampai tiga kali karena tidah sengaja mengembalikan pensil yang tajam dan menusuknya ketangan teman saya. Lalu, pernah pula saya ditegur orangtua teman saya karena saya telah mencorat-coret buku teman saya. Nakal dan memang sangat nakal. Sampai-sampai ibu saya menyamai saya seperti anak laki-laki. Memang seringkali ibu bercerita, saat beliau sedang mengandung saya beliau mengidamkan seorang anak laki-laki karena beliau sudah memiliki anak perempuan. Namun, Allah berkehendak lain dan memberikan kedua orangtua saya tiga anak perempuan dan saya yang disebut-sebut yang paling mirip dengan bapak saya.
Beralih cerita ke riwayat pendidikan saya. Seperti kebanyakan anak kecil lainnya. Saat saya umur 5 tahun saya merengek ingin sekolah, mungkin karena teman-teman sepermainan saya sudah sibuk sekolah juga. Maka pada tahun 1996 saya masuk Taman Kanak-kanak 0 (nol besar). Dan tamat pada Juni 1997 di Taman Kanak-kanak Aulia (yang sayangnya sekarang beralih fungsi menjadi SD Nurul Ilmi). Setelah itu, saya dimasukan ke Sekolah Dasar Negeri 4 Jatimulya yang berada tidak jauh dari rumah saya. Layaknya anak normal lainnya, saya mengenyam pendidikan selama 6 tahun disana dan lulus pada tahun 2003. Setelah lulus dari sana saya melanjutkan sekolah di SMPN 4 Tambun-Selatan dan setelah melewati 3 tahun pendidikan disana saya lulus pada tahun 2006. pada saat saya berumur 15 tahun saya mulai sekolah di SMA Yadika 8 dan lulus pada tahun 2009 dan segera melanjutkan ke perguruan tinggi.
Seperti kebanyakan orang lainnya, saya mencoba peruntungan di Universitas Negeri Jakarta, namun takdir berkata lain. Saya tidak lolos UM masuk UNJ . karena tidak ada perencanaan akan melanjutkan sekolah dimana akhirnya bapak saya yang mencari. Beliau sempat mendaftarkan nsaya di STIE YAI dan sudah mengikuti tes dan lolos dengan peringakat dua. Namun, ada keraguan dihati orangtua saya karena jarak dari rumah dengan kampus saya terlalu jauh dan saya merupakan tipe orang yang susah bangun di pagi hari maka orangtua saya mendaftarkan saya di Universitas Gunadarma. Setelah mengikuti tes dan mendapatkan grade satu dan mengurus semua keperluan saya agar menjadi siswa di Gunadarma. Saya resmi menjadi mahasiswi Universitas Gunadarma dengan NPM 26209161 duduk dikelas 1EB14 dan sekarang duduk dikelas 2EB14 semester 4. dan semoga saya lulus sesuai waktu normal (4tahun) dengan hasil memuaskan agar bias membuat kedua orangtua saya bangga (AMIN). Dan bila saya lulus nanti saya akan mengikuti pelatihan memasak kue yang mungkin akan berguna untuk mencapai cita-cita saya menjadi pengusaha kue yang sukses. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar